Saat sekarang ini sangatlah susah untuk menemukan orang yang memiliki rasa empati dan peduli terhadap lingkungan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah dirinya dan dirinya sendiri. Tidak pernah terbesit seikitpun tentang bagaimana tentang kehidupan orang lain, situasi dan kondisi sosial dan keadaan lingkungan sekitar. Hal itulah yang diangkat menjadi sebuah cerpen Robohnya Surau kami. Robohnya Surau Kami merupakan sebuah cerpen karya A.A. Navis yang terbit pertama kali pada tahun 1956.
Cerpen ini merupakan gambaran dari kebanyakan orang-orang Indonesia saat ini yang hanya peduli pada diri sendirnya sendiri, tanpa memikirkan orang lain sdikitpun. Apa yang dilakukannya seumur hidupnya hanyalah atas keinginan dirinya semata. Bagi yang sibuk atas kekuasaan dan jabatan, memenuhi hidupnya hanya untuk mengejar itu semua, bagi yang sibuk untuk beribadah, semasa hidupnya hanya dipenuhi dengan ibadah tanpa memikirkan keluarganya yang terbengkalai.
Tema tersebut diangkat melalui sebuah konflik batin yang terjadi pada kakek yang menjadi seorang garin sebuah Masjid tua yang tersinggung ketika mendengar bualan Ajo Sidi, seorang yang suka membual di desa tersebut. Ajo Sidi menceritakan tentang seorang yang taat beribadah yang bernama Haji Saleh. Akan tetapi semasa hidpunya dia tidak pernah peduli terhadap lingkungan persis seperti yang dilakukan oleh kakek tersebut. Pada saat di hari pembalasan, Haji Saleh yang sudah merasa yakin akan masuk surga terkejut karena dia malah dimasukkan ke tempat yang sebaliknya, yaitu neraka. Haji Salah bersama orang-orang yang masuk neraka lainnya melakukan protes terhadap Tuhan yang menganggap keliru atas tindakan Tuhan tersebut. Dengan penjelasan Tuhan, terjawablah sudah semua pertanyaan mereka dan baru menyesal setelahya.
Adapun penokohan dari cerpen Robohnya Surau Kami terdiri dari aku , Si Kakek, Ajo Sidi dan Haji Saleh. Tokoh aku dalam cerpen tersebut berperan untuk menceritakan alur cerpen dari awal sampai akhir. Tokoh Si Kakek adalah tokoh yang mengalami konflik dalam cerita sedangkan tokoh Ajo Sidi adalh tokoh yang tidak terlalu dimunculkan, akan tetapi sangat menentukan terhadap jalannya cerita cerpe tersebut. Tokoh Saleh berperan sebagai penggambaran tokoh yang diceritakan oleh Ajo Sidi.
Dalam cerpen ini latar tempat yang digunakan adalah surau, kota dan neraka. Sedangkan latar waktunya adalah saat sekarang ini dan saat yang sudah lampau saat si Kakek masih hidup menceritakan bualan Ajo Sidi. Latar suasana yang terdapat dalam cerpen ini adalah lingkungan sosial yang tidak peduli terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.