Semakin hari semakin banyak kondisi menyedihkan terjadi di bangsa ini. Semakin banyak hal yang dapat membuat hati tersayat ketika melihatnya. Dimulai dari berbagai masalah korupsi yang tak kunjung selesai, terus menurunnya tingkat kesejahteraan mesyarakat, sampai kepada tidak adanya lagi rasa cinta tanah air pada bangsa sendiri. Akibatnya semakin mudahlah harga diri bangsa diperjualbelikan hanya dengan materi semata. Namun, siapakah yang bertanggung jawab atas semua itu? Siapakah yang harus disalahkan? Apakah hanya pemerintah saja? Ataukah hanya masyarakat itu sendiri?
Jika dilihat dari sisi pemerintah sendiri, telah ada berbagai usaha yang dilakukan. Pemerintah telah berupaya agar rasa cinta tanah air tetap melekat pada diri dari wagranya. Seperti contohnya saja ditetapkannya tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional dan lainnya. Namun apakah semua itu berhasil? Karena kenyataannya tetap saja ada tindakan-tindakanyang rela menjual harga diri bangsa demi kepentingan sendiri. Apakah usaha pemerintah tersebut salah?
Yang menjadi penyebabnya adalah tidak adanya keseriusan dari pemerintah. Pemerintah terlihat hanya setengah-setengah dalam pelaksanaanya. Hari Pahlawan Nasional hanya diperingati hanya sebagai formalitas belaka. Tidak ada nilai-nilai yang melekat dari peringatan tersebut. Masyarakat hanya adiberi pengetahuan bahwa tanggal 10 november adalah hari pahlawan tanpa adanya tindak lanjut dalam usaha untuk meningkatkan kecintaan tersebut. Semuanya tidak akan berhasil jika dilakukan hanya dengan setengah-setengah. Dan itu hanyalah satu dari beberapa ketidakseriusan usaha pemerintah, masih banyak lagi yang ketidakseriusan yang lainnya.
Dari masyarakat sendiri, dahulu Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang fanatik untuk negaranya. Mereka rela melakukan apa saja bahkan harus mengorbankan dirinya sendiri untuk bangsa. Sebagai contohnya pada zaman penjajahan, ribuan pejuang rela mati untuk Indonesia. Tapi sedikit demi sedikit semua itu dipaksa untuk dihapuskan. Rasa cinta tanah air terus dikikis oleh beratnya rintangan dan tantangan yang harus dihadapi. Hingga akhirnya semua itu hilang dan bahkan malah sebaliknya. Harga diri bangsa rela dipejualbelikan. Misalnya saja ketika Sea Games 2011 yang dilaksanakan di Jakarta dan Palembang. Beberapa dari warga Indonesia malah mendukung Thailand ketika bertanding melawan Indonesia. Mereka mengakui mendukung Thailand karena dibayar dengan baju dan uang. Sekarang yang perlu dipertanyakan semudah itukah untuk menjual bangsa dihadapan bangsa itu sendiri?
Dari hal di atas dapatlah kita simpulkan bahwa kesalahan atas murahnya harga diri bangsa ini tidak dapat dilimpahkan hanya pada satu pihak saja karena semuanya memegang peran penting dalam proses menimbulkan rasa cinta tanah air. Usaha-usaha yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil jika tidak ada keterlibatan kedua belah pihak.
You are Here: Home > Murahnya Harga Diri Bangsa ini, Siapa Yang Harus disalahkan?
Murahnya Harga Diri Bangsa ini, Siapa Yang Harus disalahkan?
21.44 | opini , Peran dan Fungsi Mahasiswa
2 Comments
2 komentar:
- Brantas Pranata Nusa mengatakan...
-
namanya juga umbar kepahlawanan
- 3 Desember 2011 pukul 00.19
- Ashr Hafiizh mengatakan...
-
oalah nasionalisme, malang nian nasibmu
dulu kau dipuja dan sekarang kau tak punya harga
siapakah yang patut disalahkan ?
apakah kami karena kami tidak mengajarkan nasionalisme ? entahlah . . .
aku sendiri belum paham arti nasionalisme - 21 Desember 2011 pukul 12.11