Seperti itulah yang terjadi pada ranah sepak bola di Indonesia sekarang. Seringkali para penguasa mengeluarkan keputusan-keputusan sepihak yang berdasarkan kepada nafsu politik. Saat sekarang, badan yang mengaku sebagai badan resmi sepakbola Indonesia, yaitu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sering membuat keputusan yang sangat kontroversial dan tidak bertujuan untuk memajukan ranah sepakbola di indonesia.
Salah satunya adalah statuta PSSI yang menyatakan bahwa Indonesian Super League (ISL) yang diadakan oleh PT. Liga Indonesia adalah liga tidak resmi .PSSI menganggap bahwa satu-satunya liga yang resmi adalah Indonesian Premier League (IPL) yang diadakan oleh PT. Liga Prima Indonesia Sportindo.. Hal itu sangat mengherankan karena mengingat pada musim sebelumnya, yaitu periode 2010/2011 liga yang resmi adalah ISL, bukan IPL. Hal itu sangat bertolak belakaang, yang sebelumnya adalah liga resmi menjadi liga tidak resmi dan yang sebelumnya liga tidak resmi menjadi liga resmi. Kenapa hal itu bisa terjadi dalam waktu yang bisa dibilang sangat singkat?
Selain itu keputusan semena-mena PSSI yang lainnya adalah dikeluarkannya peraturan bahwa segala yang terlibat dalam ISL, baik itu timnya, pemainnya, wasitnya ataupun yang lain dianggap membangkang dan dikenakan sanksi tidak boleh mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan sepak bola lagi Hal itu jelas sangat merugikan, terutama bagi pemain Tim Nasional (Timnas) yang membela tim yang berlaga di ISL. Namun, yang lebih dirugikan lagi sesungguhnya adalah PSSI sendiri karena notabene pemain Timnas berlaga di ISL.
Jika kita lihat mundur, munculnya ISL yang dianggap sebagai liga tandingan IPL dikarenakan arogansi dari PSSI sendiri. Tim-tim yang awalnya berada di bawah naungan PSSI mengaku kecewa dengan kebijakan-kebijakan PSSI. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan menggulirkan ISL dengan meminta bantuan kepada PT. Liga Indonesia sebagai penyelenggaranya. Adapun kekecewaan tersebut dikarenakan kebijakan PSSI yang memberikantiket gratis kepada 6 tim untuk berlaga di Liga yang diadakan oleh PSSI. Padahal tim-tim tersebut dinilai masih belum pantas untuk berlaga di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Adapun 6 tim tersebut adalah Persema, Persibo, PSM yang telah dikenakan sanksi sebelumnya, Persebaya, PSMS Medan tim yang dianggap bersejarah danBontang FC, tim yang dianggap sebagai tim degradasi terbaik.
Dari semua itu jelaslah terdapat kepentingan politik pada statuta-statusa PSSI. Sungguh hal yang sangat disayangkan PSSI, sebuah badan yang seharusnya dapat menaikkan prestasi sepakbola Indonesia malah menghancurkannya sendiri. Padalah sudah lama masyarakat Indonesia menantikan timnas kesayangannya dapat membawa pulang tropi di kancah internasioal.